Breaking News

Menelusuri Jejak Sejarah dan Keberagaman Soto di Indonesia: Dari Cina Hingga Nusantara

Ilustrasi Penjual Soto (Foto:Soepverkooper)

Dirgantaraonline,-
Soto, sebuah sajian berkuah yang kaya akan rempah-rempah, telah menjadi warisan kulinernya Indonesia yang kaya. Tetapi, sejarahnya yang panjang dan beragam sering kali terlupakan di tengah kenikmatannya yang lezat. Menelusuri akar sejarah soto membawa kita ke berbagai penjuru, dari Tiongkok hingga Nusantara.

Awal Mula: Jejak Tionghoa di Nusantara

Denys Lombard, sejarawan Perancis, memperjelas bahwa peran orang Tionghoa sangat penting dalam penciptaan soto. Kata "soto" sendiri berasal dari bahasa Mandarin, menggambarkan hidangan berisi jeroan dan rempah-rempah. Populer pertama kali di Semarang pada abad ke-19, soto menjadi produk hibrid yang menggabungkan tradisi kuliner beragam.

Jejak Tionghoa dalam Soto: Cau Do dan Jao To

Penelitian oleh Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani dari Institute for Research and Community Service Petra Christian University mengungkap bahwa soto sebenarnya memiliki akar dari Cina. Istilah "soto" merujuk pada salah satu jenis hidangan Cina yang disebut "cau do" dalam dialek Hokkian, yang berarti jeroan dengan berbagai rempah-rempah.

Perkembangan di Indonesia: Soto di Pesisir Utara Jawa

Soto pertama kali dikenal di pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-19 Masehi, sebagai masakan berkuah dengan potongan daging atau jeroan. Catatan Troppenmuseum Belanda tahun 1919 mencatat soto sebagai "Chinese soep," dimasak di atas kompor anglo, dengan tambahan bumbu seperti lombok dan ketjap (soja), yang kemudian dijajakan oleh pedagang menggunakan peralatan tradisional.

Pengaruh Budaya: Paduan Bahan dan Penggunaan Kunyit

Pengaruh Tionghoa terlihat dalam paduan bahan soto seperti mie, bihun, bawang putih goreng, dan tauco, serta penggunaan peralatan tradisional Tiongkok. Sementara itu, pengaruh India tercermin dalam penggunaan kunyit, terutama dalam hidangan soto kari.

Keberagaman Soto di Nusantara: Dari Ayam hingga Bekicot

Dari dapur kaum Tionghoa, soto menyebar ke masyarakat lokal dengan penggunaan daging yang semakin beragam dari daging ayam dan sapi hingga daging bebek, kelinci, kerbau, kepiting, bandeng, dan bekicot. Setiap daerah punya ciri khasnya sendiri, seperti Soto Betawi, Soto Madura, dan lain-lain, yang menambah kekayaan kuliner Indonesia.

Soto, dengan segala keberagaman dan sejarahnya yang kaya, bukan hanya sebuah hidangan, tetapi juga warisan budaya yang menghubungkan berbagai tradisi kuliner dari berbagai belahan dunia. Dari akar Tionghoa hingga variasi lokalnya di Nusantara, soto tetap menjadi favorit yang tak pernah lekang oleh waktu.

(Rini)

#Sejarah #Kuliner #Soto