Breaking News

BMKG Tetapkan Zona Rawan Longsor Sumbar Rabu 10 Desember 2025, Jalur Vital Padang–Bukittinggi hingga Sitinjau Lauik Masuk Risiko Tinggi

Sungai Kuranji Padang Meluap Akibat Hujan Deras

D'On, Sumatera Barat
— Ancaman bencana longsor kembali membayangi sejumlah wilayah di Sumatera Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi merilis prakiraan cuaca dan peta potensi gerakan tanah untuk Rabu, 10 Desember 2025, dengan penekanan pada zona perbukitan dan jalur vital transportasi yang berisiko menengah hingga tinggi.

Informasi ini disampaikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sumatera Barat dalam laporan resmi kepada Gubernur Sumbar, dengan tembusan kepada Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, dan para Asisten.

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa kombinasi hujan yang terjadi sejak siang hingga dini hari, disertai dengan kondisi tanah yang sudah jenuh air, berpotensi kuat memicu pergerakan tanah, longsor, serta guguran material tebing di berbagai titik rawan.

Delapan Zona Prioritas Rawan Longsor di Sumatera Barat

BMKG memetakan sedikitnya delapan kawasan utama yang harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan masyarakat:

1. Talamau – Gunung Tuleh (Pasaman Barat)

Wilayah ini diprediksi akan diguyur hujan sejak siang, berlanjut hingga malam dan dini hari. Berdasarkan peta gerakan tanah BMKG, kawasan ini berada pada zona menengah hingga tinggi. Medan terjal serta banyaknya permukiman di kaki bukit membuat wilayah ini sangat rentan.

2. Bonjol – Lubuk Sikaping – Panti (Pasaman)

Hujan diperkirakan hampir terjadi sepanjang hari. Jalur penghubung antarwilayah ini masuk kategori potensi gerakan tanah tinggi, sehingga risiko longsor dan gangguan lalu lintas sangat besar.

3. Palupuh (Agam)

BMKG memprakirakan kabut pada sebagian waktu, dengan potensi hujan ringan di malam hari. Meski intensitas hujan diprediksi tidak setinggi wilayah lain, Palupuh tetap berada dalam zona potensi gerakan tanah menengah karena karakter geografisnya yang berbukit.

4. Tandikek – Malalak (Agam)

Kawasan yang selama ini dikenal sebagai jalur alternatif Bukittinggi–Padang diprediksi akan mengalami hujan sejak siang hingga dini hari. Jalur ini merupakan salah satu lokasi paling sering terjadi longsor, dan setiap kejadian umumnya memutus akses transportasi.

5. Lembah Anai (Tanah Datar)

Sebagai jalur utama Padang–Bukittinggi, Lembah Anai kembali masuk dalam daftar wilayah rawan. Hujan diperkirakan turun sore hingga malam dan berlanjut ke dini hari. Tebing curam, air terjun, serta lereng terjal menjadikan kawasan ini sangat rawan guguran batu dan tanah.

6. Sitinjau Lauik (Kota Padang)

Kawasan legendaris dengan tikungan tajam dan jurang dalam ini diprediksi akan diguyur hujan siang hingga malam. Kontur tebing yang ekstrem membuat Sitinjau Lauik berisiko tinggi jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

7. Kapur IX – Pangkalan (Limapuluh Kota)

BMKG menandai kawasan ini sebagai zona dengan potensi gerakan tanah sangat tinggi (warna ungu/magenta). Hujan diperkirakan terjadi sejak siang sampai dini hari. Jalur lintas Sumbar–Riau ini menjadi titik krusial dalam distribusi logistik dan transportasi antarprovinsi.

8. Alahan Panjang (Solok)

Wilayah dataran tinggi ini diperkirakan akan berkabut pada pagi hari dan berpotensi hujan di sore hingga malam. Struktur tanah yang labil menjadikan daerah ini rentan terhadap longsor, terutama di area pertanian dan tebing jalan.

Kode Warna Peta Gerakan Tanah BMKG

  • Hijau: Risiko rendah
  • Kuning: Risiko menengah
  • Ungu/Magenta: Risiko tinggi

Sejumlah wilayah yang disebutkan dalam laporan telah masuk zona kuning hingga ungu, yang berarti potensi longsor bisa terjadi sewaktu-waktu apabila hujan berlangsung lama dan intens.

Rekomendasi Resmi Kesiapsiagaan Pemerintah Daerah

Sebagai langkah antisipasi, Kesbangpol Sumbar menyampaikan sejumlah rekomendasi penting kepada Gubernur:

  1. BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota diminta untuk meningkatkan pemantauan lapangan secara intensif, terutama di daerah rawan longsor.
  2. Camat, wali nagari, dan lurah diminta aktif melaporkan setiap tanda-tanda awal pergerakan tanah, seperti retakan, pohon miring, hingga rembesan air di tebing.
  3. Imbauan kewaspadaan kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di lereng perbukitan dan bantaran tebing, agar siap melakukan evakuasi mandiri jika kondisi memburuk.
  4. Rekayasa lalu lintas disiapkan untuk jalur-jalur vital:
    • Lembah Anai
    • Sitinjau Lauik
    • Tandikek–Malalak
    • Kapur IX–Pangkalan
  5. Posko siaga bencana diaktifkan, serta alat berat dipastikan dalam kondisi siap operasi untuk penanganan darurat apabila terjadi longsor.

Peringatan Keras untuk Pengguna Jalan dan Warga Lereng Bukit

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengimbau masyarakat untuk:

  • Menghindari perjalanan malam hari di jalur rawan longsor saat hujan turun.
  • Tidak berteduh di bawah tebing curam atau lereng yang tampak labil.
  • Meningkatkan kewaspadaan terhadap suara gemuruh, air keruh tiba-tiba, atau batu kecil yang mulai jatuh, karena itu merupakan tanda awal longsor.

Bagi pengendara angkutan umum, logistik, dan kendaraan pribadi, disarankan untuk terus memantau informasi resmi BMKG dan BPBD sebelum melintasi jalur rawan.

Cuaca Ekstrem Jadi Ancaman Serius Akhir Tahun

Memasuki puncak musim hujan Desember, Sumatera Barat kembali menghadapi ancaman ganda berupa banjir, longsor, dan gangguan transportasi. Dengan intensitas hujan yang diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, kesiapsiagaan seluruh elemen pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.

Pemerintah daerah menegaskan bahwa peringatan dini ini harus dijadikan alarm kewaspadaan bersama, bukan sekadar informasi rutin cuaca.

(*)

#BMKG #CuacaEkstrim #SumateraBarat