Terungkapnya Identitas Kerangka di Gedung Kwitang: Akhir Pencarian Reno dan Farhan yang Hilang Sejak Demonstrasi

Pers rilis temuan dua kerangka manusia di gedung wilayah Kwitang, Jakarta Pusat, pada Jumat (7/11).
D'On, Jakarta — Misteri dua kerangka manusia yang ditemukan di reruntuhan Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya terungkap. Setelah berbulan-bulan menjadi teka-teki, hasil tes DNA memastikan bahwa sisa jasad tersebut adalah milik Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid, dua pemuda yang dilaporkan hilang sejak kericuhan usai demonstrasi di kawasan Kwitang, pada akhir Agustus 2025 lalu.
Kepastian itu menjadi jawaban pahit bagi keluarga yang selama dua bulan terakhir hidup dalam ketidakpastian menunggu kabar antara harapan dan kenyataan.
DNA Ungkap Kebenaran: Reno dan Farhan Ditemukan di Antara Puing Api
Kepolisian secara resmi mengumumkan hasil pemeriksaan DNA yang dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik Polri.
“Dari hasil pemeriksaan bahwa nomor postmortem 0080 cocok dengan antemortem 002, sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari Bapak Muhammad Yasin,” ujar Brigjen Sumy Hastry Purwanti, Karo Labdokkes Polri.
Sementara satu kerangka lainnya, lanjut Hastry, memiliki kecocokan DNA dengan data keluarga Muhammad Farhan Hamid.
“Nomor postmortem 0081 cocok dengan antemortem 001 sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid,” jelasnya.
Dua pemuda ini dilaporkan hilang pada 29 Agustus 2025, tepat setelah aksi demonstrasi di kawasan Kwitang berujung ricuh dan menimbulkan kebakaran hebat di Gedung ACC. Tak ada yang menyangka, keduanya ternyata terjebak di dalam bangunan yang saat itu dilalap api.
Dua Bulan Setelah Kebakaran, Barulah Kerangka Ditemukan
Penemuan kerangka Reno dan Farhan terjadi dua bulan setelah api padam. Butuh waktu lama bagi petugas untuk menemukan jasad keduanya bukan karena abai, melainkan karena kondisi lokasi yang sangat sulit dijangkau.
“Kenapa bisa lama tidak ditemukan? Karena sejak gedung itu terbakar hingga akhirnya ditemukan, tidak ada kegiatan pembersihan atau pembongkaran puing. Baru ketika proses pembersihan dilakukan, kerangka manusia ditemukan di antara sisa-sisa beton dan logam yang hangus,” ungkap AKBP Roby Heri Saputra, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat.
Kondisi lokasi benar-benar parah. Puing-puing menumpuk, logam bengkok, dan sisa material hangus membuat petugas kesulitan membedakan mana benda dan mana jasad.
“Bau yang muncul pun awalnya sama dengan bau material terbakar. Baru setelah waktu berjalan, bau pembusukan khas tubuh manusia mulai tercium,” tambah Brigjen Hastry.
Keluarga Akhirnya Menerima Jenazah: “Rasanya Hampa, Tapi Setidaknya Kami Tahu”
Setelah proses identifikasi tuntas, RS Polri Kramat Jati menyerahkan jenazah Reno dan Farhan kepada pihak keluarga, Jumat (7/11). Suasana haru menyelimuti ruang serah terima ketika peti jenazah diserahkan secara simbolis.
“Pada kesempatan hari ini akan secara berjenjang dari pihak Rumah Sakit Polri diserahkan kepada penyidik Polda Metro Jaya, dan selanjutnya kepada keluarga almarhum,” ujar Kombes Budhi Hermanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Keluarga menyambut kabar itu dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, mereka akhirnya menemukan kepastian. Namun di sisi lain, kenyataan yang diterima terlalu berat untuk diterima.
“Dititipkan dulu,” kata Hamidi, ayahanda Farhan dengan suara lirih, saat ditanya soal pemakaman anaknya yang masih ditunda.
Polisi Pastikan: Reno dan Farhan Bukan Korban Kekerasan
Polda Metro Jaya menegaskan bahwa kedua korban tidak menjadi sasaran kekerasan atau pembunuhan. Hasil penyelidikan menunjukkan keduanya tewas karena terjebak di dalam gedung yang terbakar saat kerusuhan berlangsung.
“Bukan korban pembunuhan. Yang bersangkutan terperangkap di gedung yang terbakar pada saat aksi kerusuhan,” tegas Kombes Budhi Hermanto.
Menurut hasil olah TKP, kedua jenazah ditemukan berdekatan di lantai dua gedung.
“Saling berdekatan. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri karena di lantai dua itu ada teralis besi. Itu yang membuat mereka terperangkap,” ujar Budhi.
Tangis dan Luka yang Belum Pulih di RS Polri
Ketika nama Reno dan Farhan diumumkan sebagai korban, tangis pecah di aula RS Polri Kramat Jati. Abraham, kakak kandung Farhan, menangis tersedu dalam pelukan keluarga. Sementara Dani Aji Nagara, sepupu Reno, tampak masih berusaha menahan syok.
“Kita lebih ke arah syok, bingung harus ngapain habis ini. Kalau soal janggal, sepertinya enggak, tapi kita masih mau diskusi dengan keluarga,” ucap Dani pelan.
Ia mengaku sempat mencari ke berbagai tempat sejak hari pertama Reno dan Farhan dinyatakan hilang.
“Saya sudah nyari ke Kwitang, ke Mako Brimob, ke rumah sakit-rumah sakit sekitar sana, tapi enggak ada hasil,” kenangnya, suaranya serak menahan tangis.
Kini, setelah jasad keduanya ditemukan, keluarga masih menunggu waktu terbaik untuk memakamkan mereka. Bagi mereka, kehilangan ini bukan sekadar duka melainkan penantian panjang yang berakhir dengan luka abadi.
Akhir yang Menyisakan Tanya
Kisah Reno dan Farhan menjadi cermin getir dari sebuah tragedi sosial yang bermula dari demonstrasi, namun berujung pada kehilangan dua nyawa muda yang berharga.
Meski polisi memastikan mereka bukan korban kekerasan, pertanyaan tentang bagaimana keduanya bisa terjebak tanpa sempat diselamatkan masih menghantui keluarga.
Namun bagi orang tua mereka, satu hal kini sudah jelas:
Anak-anak mereka bukan lagi hilang mereka telah pulang, meski tidak dalam wujud yang sama seperti dulu.
(K)
#Peristiwa #PenemuanKerangkaManusia #Polri