Mahasiswa Unand Gencarkan Edukasi Cegah DBD dan Diare, Sekaligus Sulap Limbah Ikan Jadi Pupuk Subur
D'On, Padang — Sebuah inisiatif kreatif dan berdampak nyata digagas oleh sekelompok mahasiswa Universitas Andalas (Unand) dari program PPK Ormawa BM KM UNAND 2025. Mereka menyambangi warga di Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, untuk menyampaikan edukasi kesehatan dan lingkungan hidup yang menyentuh dua isu besar di wilayah tersebut: penyakit diare dan demam berdarah dengue (DBD), serta pengelolaan limbah ikan menjadi pupuk organik.
Bertempat di Mushala Ihdinassirotol Mustaqim, kegiatan ini diikuti oleh puluhan ibu rumah tangga yang datang dengan antusias. Kegiatan tersebut juga didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Lubuk Buaya yang turut hadir memberikan materi edukatif dan diskusi interaktif bersama warga.
Diare Masih Ancaman Nyata untuk Balita
Dalam sesi pertama, Deriwati, A.Md.Keb., selaku tenaga kesehatan dari Puskesmas Lubuk Buaya, membuka wawasan warga soal bahaya diare, terutama bagi kelompok rentan seperti balita. Ia menjelaskan bahwa diare bukan sekadar penyakit ringan yang bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi dapat menimbulkan dehidrasi parah dan gangguan gizi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
“Banyak balita yang asupan gizinya terganggu karena diare. Makanan yang masuk tidak sempat diserap tubuh, akibatnya berat badan turun dan anak menjadi lemas,” ujar Deriwati di hadapan para peserta.
Ia juga menekankan pentingnya penanganan dini, terutama dengan pemberian oralit, zinc, dan imunisasi rotavirus yang sangat disarankan sejak usia dini sebagai bentuk pencegahan jangka panjang.
Koto Tangah dan Ancaman DBD: Warga Diminta Serius Jalankan 3M Plus
Masih dalam sesi edukasi kesehatan, Ira Maya Shfha, S.Tr.Kes., memaparkan situasi penyakit DBD yang kerap meningkat saat musim hujan di kawasan Koto Tangah. Menurut data yang ia sampaikan, wilayah tersebut tergolong rawan karena banyaknya genangan air dan kebiasaan masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan potensi sarang nyamuk.
Ira menyebutkan bahwa nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, berkembang biak dalam air jernih dan genangan yang sering luput dari perhatian. Ia pun mengajak masyarakat untuk mengenali gejala awal DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan bintik merah di kulit.
“Warga harus membiasakan diri menjalankan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang bekas. Plus-nya adalah menaburkan abate dan menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk,” jelasnya.
Limbah Ikan Disulap Jadi Pupuk, Mahasiswa Ajak Warga Olah Sampah Jadi Berkah
Setelah penyuluhan kesehatan, giliran tim mahasiswa dari Unand, Reva dan Elena, mengambil alih sesi dengan memperkenalkan solusi ramah lingkungan melalui praktik langsung membuat pupuk kompos dari limbah ikan.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para peserta, yang sebagian besar merupakan pelaku rumah tangga dan memiliki kebun kecil di pekarangan. Mahasiswa menunjukkan bahwa limbah ikan yang selama ini hanya dibuang begitu saja, ternyata dapat menjadi sumber pupuk alami yang kaya nutrisi untuk tanaman.
“Cukup campurkan limbah ikan dengan tanah dan sekam dalam perbandingan seimbang, lalu biarkan terurai selama sekitar satu bulan, maka hasilnya bisa menjadi pupuk kompos yang subur dan ramah lingkungan,” terang Reva sembari memperlihatkan contoh hasil akhir pupuk tersebut.
Tak hanya mengurangi pencemaran, teknik ini juga membuka peluang bagi warga untuk menghemat biaya pupuk sekaligus menjaga kesuburan tanah di lingkungan rumah mereka.
Kolaborasi Mahasiswa dan Masyarakat: Langkah Kecil, Dampak Besar
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat bisa menghadirkan dampak yang luas. Edukasi yang diberikan bukan hanya bersifat teoritis, tetapi langsung menyentuh kebutuhan sehari-hari warga, baik dalam hal kesehatan maupun pengelolaan sampah rumah tangga.
Program PPK Ormawa yang dijalankan oleh mahasiswa Unand ini diharapkan dapat menjadi model kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di wilayah lain.
“Kami ingin warga Pasia Nan Tigo menjadi contoh bahwa perubahan bisa dimulai dari lingkungan terkecil. Menjaga kesehatan keluarga dan merawat lingkungan itu satu paket yang tidak bisa dipisahkan,” ujar salah satu perwakilan tim mahasiswa.
Dari Mushala, Tercipta Harapan Baru
Meski berlangsung sederhana di dalam mushala kecil, semangat perubahan yang dibawa mahasiswa Unand telah membuka harapan baru. Dengan edukasi yang tepat dan solusi kreatif, warga kini punya bekal pengetahuan dan keterampilan untuk menangkal penyakit sekaligus menjaga bumi.
Sebagai penutup, para peserta diberi modul ringkas berisi langkah-langkah pembuatan pupuk dan tips pencegahan penyakit. Warga pun pulang dengan senyum puas, membawa pulang bukan hanya ilmu, tapi juga semangat untuk hidup lebih sehat dan peduli lingkungan.
(*)
#UniversitasAndalas #SumateraBarat #PupukLimbahIkan