Breaking News

Dinsos Kota Padang Lanjutkan Trauma Healing untuk Korban Konflik Sosial

Dinas Sosial Kota Padang Lanjutkan Trauma Healing Konflik Sosial di Koto Tangah (Dok: Ist)

D’On, Padang
– Riak konflik sosial yang sempat mengganggu harmoni warga Kota Padang kini mulai mereda. Setelah proses mediasi panjang, kesepakatan damai antara pihak pelaku dan korban akhirnya tercapai, membuka babak baru menuju pemulihan. Namun, di balik berita baik ini, tersimpan kisah-kisah pribadi yang tak kalah penting untuk disorot terutama mereka yang harus menanggung luka emosional akibat insiden tersebut.

Salah satu wajah yang paling menyentuh adalah Oliviani Hulu (11), siswi kelas V sekolah dasar yang tinggal di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah. Di usia yang seharusnya dipenuhi tawa dan canda, Oliviani justru menjadi saksi mata sebuah insiden yang meninggalkan jejak trauma mendalam. Rasa takut yang membekap membuatnya enggan bermain di luar rumah, bahkan sempat mengganggu semangatnya untuk bersekolah.

Menyadari dampak serius ini, Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Sosial mengambil langkah cepat dan terukur. Kamis (14/8), Kepala Dinas Sosial Kota Padang Heriza Syafani, S.STP, M.PA secara resmi menginstruksikan Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Ricky Januar Alexander beserta timnya untuk melakukan trauma healing lanjutan bagi Oliviani.

Tim Psikososial Dinas Sosial tidak datang dengan tangan kosong. Selain membawa bantuan sembako bagi keluarga, mereka menyiapkan paket kegiatan khusus yang dirancang untuk membantu Oliviani melepaskan rasa takut. Aktivitas itu mencakup permainan edukatif, percakapan santai, hingga aktivitas kreatif seperti menggambar dan membuat kerajinan tangan semua dilakukan dengan suasana akrab dan penuh kehangatan.

“Trauma healing itu bukan sekadar duduk, mendengar, lalu pulang,” tegas Heriza Syafani saat ditemui di kantornya. “Ini adalah proses berkelanjutan. Kami menggunakan pendekatan ilmiah, mulai dari terapi kognitif-behavioral, terapi trauma, hingga terapi kelompok. Tujuan kami bukan hanya menghapus rasa takut, tetapi mengembalikan kepercayaan diri korban, terutama anak-anak. Karena jika luka batin tidak diobati, dampaknya bisa mengikuti mereka hingga dewasa.”

Heriza juga menekankan bahwa penanganan korban konflik harus menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan penyelesaian masalah di tingkat pelaku.
“Damai di atas kertas memang penting, tapi yang lebih penting adalah memastikan hati yang terluka ikut sembuh. Kalau tidak, kita hanya memindahkan masalah ke masa depan,” ujarnya lugas. “Pemerintah hadir bukan sekadar sebagai mediator, tapi sebagai penjamin bahwa setiap warga, khususnya anak-anak, bisa kembali merasa aman di kotanya sendiri.”

Bagi Marina (34), ibu Oliviani, kedatangan tim Dinas Sosial menjadi oase di tengah kekhawatiran yang menahun. Air matanya tak tertahan saat melihat putrinya tersenyum tipis di tengah kegiatan bermain bersama petugas.
“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih. Bantuan sembako itu penting, tapi perhatian terhadap kondisi psikologis anak saya jauh lebih berarti. Semoga Oliviani bisa kembali seperti dulu—ceria, berani, dan penuh semangat,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Langkah trauma healing yang dilakukan ini diharapkan menjadi contoh penanganan pascakonflik yang komprehensif—tidak hanya fokus pada pemulihan fisik, tetapi juga mental dan emosional korban. Kisah Oliviani mengingatkan bahwa perdamaian sejati baru tercapai ketika semua luka, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, mendapatkan penanganan yang layak.

Dengan komitmen berkelanjutan dari pemerintah dan dukungan masyarakat, luka batin akibat konflik sosial di Kota Padang diharapkan dapat perlahan pulih. Untuk Oliviani dan anak-anak lain yang pernah menjadi korban, masa depan yang lebih aman dan penuh harapan kini mulai terbuka lebar.

(Mond)

#DinasSosialPadang #Padang