Padang Menuju Kota Kreatif Gastronomi Dunia: Kota Tua Jadi Pusat Harapan dan Identitas Budaya
Kawasan Kota Tua Padang
D'On, Padang — Kota Padang kian mantap menapaki jalur menuju pengakuan dunia sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN) kategori Gastronomy. Salah satu langkah strategis yang kini tengah digenjot adalah revitalisasi kawasan bersejarah Kota Tua Padang, yang diyakini sebagai titik temu antara sejarah, budaya, dan cita rasa kuliner khas Minang.
Langkah ini bukan sekadar ambisi administratif. Ia dibangun di atas fondasi kekayaan budaya yang telah hidup dan tumbuh selama berabad-abad. Dari bangunan tua bergaya kolonial yang masih berdiri kokoh, hingga jejak peradaban multietnis yang bersatu dalam semangat kebersamaan dan tentu saja dalam cita rasa masakan.
Kota Tua: Lebih dari Sekadar Warisan, Tapi Panggung Masa Depan
Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Yudi Indra Syani, menegaskan bahwa kawasan Kota Tua menyimpan potensi luar biasa yang belum sepenuhnya tergarap maksimal. Tak hanya bernilai dari sisi arsitektur bersejarah, kawasan ini juga kaya akan budaya kuliner dan keberagaman etnis, seperti komunitas Tionghoa, India, Arab, dan tentu saja Minangkabau itu sendiri, yang selama ini hidup berdampingan.
“Kita ingin menjadikan Kota Tua bukan sekadar destinasi wisata, tetapi sebagai pusat pengembangan identitas kreatif Padang, khususnya di bidang gastronomi. Inilah yang menjadi alasan kuat kita mengusulkan Padang ke dalam jaringan kota kreatif dunia,” ujar Yudi saat ditemui di sela-sela kegiatan di Balaikota, Senin (7/7/2025).
Sebagai langkah awal konkret, Padang dipercaya menjadi tuan rumah Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Indonesia Creative Cities Network (ICCN). Sebanyak 250 kota anggota ICCN dijadwalkan hadir dengan delegasi masing-masing. Forum ini diharapkan menjadi laboratorium ide dan kolaborasi antar daerah yang memiliki visi serupa: menjadikan kreativitas sebagai tulang punggung pembangunan kota.
Membangun dari Warisan: Gastronomi sebagai Narasi Kota
Dalam dunia kota kreatif, gastronomi bukan sekadar soal makanan enak. Ia adalah representasi dari sejarah, bahan lokal, kebiasaan memasak, bahkan ritual sosial. Kota Padang, sebagai rumah dari warisan masakan Minangkabau yang mendunia seperti rendang, sate Padang, gulai tambusu, dan ikan bakar palai, punya modal kuat untuk diakui secara global.
“Melalui pendampingan ICCN, kami optimistis bahwa pengusulan Padang ke dalam jejaring UCCN bukan hanya mimpi. Tapi proses ini juga memberi kami ruang untuk memperkuat kapasitas, memperbaiki tata ruang, serta menghidupkan kembali kawasan-kawasan yang selama ini terlupakan,” tambah Yudi.
Pandangan Akademisi: Jangan Lupakan Warga Lokal
Namun proses ini tentu tidak cukup hanya dengan pendekatan estetika atau promosi. Prof. Dr. Wiendu Nuryanti, Guru Besar Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), mengingatkan bahwa revitalisasi Kota Tua harus dimulai dari kebutuhan warga lokal, bukan semata-mata untuk menarik wisatawan.
“Kalau warganya merasa nyaman dan aman, wisatawan akan datang dengan sendirinya. Ruang publik harus dibuat lebih manusiawi—bukan hanya tempat berfoto, tapi tempat hidup, bermain, berinteraksi, dan tentu saja menikmati kuliner bersama,” jelas Wiendu.
Ia menilai kombinasi antara kekayaan alam, keragaman etnis, dan arsitektur bersejarah di Kota Tua Padang adalah kekuatan langka yang tak dimiliki semua kota. Tapi tantangannya adalah bagaimana menyatukan elemen-elemen tersebut dalam rencana pengembangan yang holistik dan berkelanjutan.
“Pengembangan jangan berhenti di tataran wacana. Harus konkret sampai ke detail, seperti lampu jalan yang sesuai karakter kawasan, signage multibahasa, hingga akses pejalan kaki yang ramah lansia dan anak-anak. Kota kreatif bukan hanya soal branding, tapi soal kehidupan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.
Harapan Menuju 2026: Menyongsong UCCN dengan Jati Diri Khas Padang
Dengan momentum Rakornas ICCN ini, Kota Padang tidak hanya mempertegas identitasnya di ranah nasional, tapi juga mulai menapak menuju panggung dunia. Proses untuk masuk dalam UCCN bukanlah sekadar pengajuan dokumen, melainkan perubahan pola pikir dalam menata kota berdasarkan potensi kulturalnya.
Jika berhasil, Padang akan menyusul sejumlah kota di dunia seperti Parma (Italia), Chengdu (Tiongkok), hingga Macau, yang lebih dulu diakui sebagai kota kreatif gastronomi.
Namun lebih dari itu, keberhasilan ini diharapkan dapat membangkitkan kebanggaan warga, memperkuat ekonomi lokal berbasis budaya, dan menjadikan Kota Tua bukan sekadar memori masa lalu tapi poros masa depan yang menggugah dunia.
(Mond)
#Gastronomi #KotaTuaPadang #Padang