Kemenag Buka Peluang Ibadah Haji dan Umrah Lewat Jalur Laut: Alternatif Murah, Inklusif, dan Strategis
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan hasil sidang isbat penetapan 1 Syawal 1446 Hijriah di Kantor Kemenag, Jakarta, Sabtu (29/3/2025). ANTARA FOTO
D'On, Jakarta – Dalam upaya menghadirkan kemudahan dan alternatif baru bagi umat Islam yang ingin menunaikan ibadah ke Tanah Suci, Kementerian Agama (Kemenag) tengah menggagas opsi pelaksanaan ibadah haji dan umrah melalui jalur laut. Inisiatif ini dinilai sebagai langkah prospektif yang membuka banyak peluang, tidak hanya bagi jemaah Indonesia tetapi juga negara-negara Asia lainnya.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, yang menyebut bahwa wacana ini sudah mulai didiskusikan dengan otoritas pemerintah Arab Saudi. Menurutnya, gagasan ini tak hanya realistis secara teknis, tapi juga lebih terjangkau secara ekonomi.
“Digagas ke depan, kami kira sangat prospektif memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga kemarin berbicara dengan sejumlah pejabat-pejabat di Saudi Arabia,” ujar Nasaruddin dalam keterangan tertulis, Rabu (9/7/2025).
Alternatif Ekonomis Bagi Jemaah
Penyelenggaraan ibadah melalui jalur laut diyakini akan menjadi opsi ekonomis, terutama bagi masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Biaya perjalanan laut yang lebih murah dibandingkan penerbangan internasional membuka harapan baru bagi jutaan umat Muslim yang selama ini terkendala finansial untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci.
Namun demikian, Nasaruddin menegaskan bahwa implementasi opsi ini memerlukan kesiapan infrastruktur secara menyeluruh. Ini mencakup pelabuhan embarkasi dan debarkasi, kapal penumpang yang sesuai standar internasional, serta sistem manajemen perjalanan laut yang aman dan nyaman bagi jemaah.
“Yang penting sekarang adalah kesiapan infrastruktur pelabuhan dan moda laut. Kita harus pastikan standar keselamatan dan kenyamanan jemaah tetap terpenuhi,” tambahnya.
Mengakses Jeddah dari Laut: Bukan Sekadar Impian
Jika terwujud, jalur laut akan memungkinkan kapal-kapal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk langsung berlabuh di pelabuhan Jeddah salah satu pelabuhan laut utama yang berdekatan dengan Mekkah dan Madinah.
“Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses Tanah Suci melalui jalur laut,” jelas Nasaruddin.
Model ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam menghadapi keterbatasan kuota penerbangan, terutama selama musim haji yang padat, dan sekaligus menjadi simbol diversifikasi jalur ibadah dalam skala internasional.
Saudi Arabia Kini Lebih Terbuka terhadap Inovasi
Menurut Nasaruddin, pendekatan pemerintah Arab Saudi terhadap pelayanan ibadah haji dan umrah telah berubah secara signifikan. Kerajaan Saudi kini lebih terbuka terhadap inovasi, investasi strategis, dan pendekatan bisnis global.
“Saudi Arabia sekarang sangat bisnis minded. Mereka bahkan menggunakan konsultan dari Amerika dalam perencanaan besar ini. Mereka benar-benar sedang memanfaatkan potensi geografisnya sebagai pintu gerbang dunia Islam,” jelasnya.
Kemenag melihat peluang besar untuk masuk ke dalam ekosistem perencanaan strategis Saudi Arabia, dan menjadikan Indonesia sebagai mitra penting dalam transformasi ibadah global.
Transformasi Masif Fasilitas Ibadah di Tanah Suci
Selain wacana jalur laut, Nasaruddin juga mengungkap adanya rencana modernisasi besar-besaran di Tanah Suci. Di antaranya pembangunan delapan lantai di Mina untuk akomodasi jemaah haji, pelebaran area Ka’bah, serta pengurangan sejumlah bukit di sekitar Mekkah untuk memperluas ruang tawaf dan sa’i.
“Tidak akan pakai tenda lagi. Bahkan jalan layang akan ditambah untuk memperlancar pergerakan jemaah. Ini akan merevolusi pelayanan haji seperti yang kita kenal selama ini,” ujarnya.
Modernisasi ini ditargetkan untuk menciptakan kenyamanan dan efisiensi maksimal dalam pelaksanaan ibadah. Jemaah akan mendapatkan pelayanan yang jauh lebih baik, tidak hanya dari sisi spiritualitas, tetapi juga kenyamanan fisik dan logistik.
Ibadah Haji dan Umrah yang Lebih Inklusif
Lebih jauh, Nasaruddin menegaskan bahwa seluruh perubahan ini diarahkan untuk mewujudkan akses ibadah yang inklusif dan merata, tanpa diskriminasi terhadap latar belakang sosial ekonomi.
“Kami ingin haji dan umrah tidak lagi jadi ibadah yang hanya bisa dilakukan kalangan tertentu. Semua orang, baik kaya maupun miskin, punya kesempatan yang sama untuk berangkat,” pungkasnya.
Dengan pendekatan baru ini, pemerintah berharap ibadah ke Tanah Suci dapat menjadi pengalaman spiritual yang benar-benar universal terbuka bagi siapa saja yang memiliki niat dan kesiapan, bukan hanya yang memiliki dana besar.
Catatan Tambahan
Gagasan jalur laut ini sesungguhnya bukan hal baru dalam sejarah Nusantara. Dahulu, para jemaah haji Indonesia berangkat menggunakan kapal laut melalui pelabuhan di Surabaya, Makassar, dan Batavia. Kini, dengan teknologi yang jauh lebih maju dan manajemen perjalanan yang lebih modern, jalur laut bisa kembali menjadi alternatif bersejarah yang dikemas dalam wajah baru.
Jika direalisasikan, inisiatif ini tidak hanya akan mengurangi beban biaya, tetapi juga membuka sejarah baru dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah secara lebih humanis, adil, dan terjangkau.
(Mond)
#Kemenag #Haji #Umroh #Nasional