Jejak Kematian Ripin: Misteri di Jalanan Deli Serdang dan Bayang-Bayang Asuransi Jiwa
Ilustrasi Mayat. Foto: Shutterstock
D'On, Deli Serdang, Sumatera Utara – Di tengah malam yang sunyi, tubuh Ripin (23) ditemukan tak bernyawa di pinggir jalan wilayah Deli Serdang. Luka-luka menghiasi sekujur tubuhnya. Bajunya terpisah dari tubuh, ditemukan di seberang jalan. Dugaan awal menyebut ia korban tabrak lari saat hendak buang air kecil. Namun, penyelidikan yang terus bergulir mengungkap bahwa kematiannya lebih dari sekadar kecelakaan.
Kini, lebih dari sebulan sejak peristiwa tragis itu terjadi pada Minggu, 27 April 2025, misteri kematian Ripin masih belum menemukan titik terang. Polisi menyelidiki lebih dalam, menelusuri jejak hubungan keluarga, alibi, dan motif tersembunyi terutama dugaan keterkaitan dengan klaim asuransi jiwa yang nilainya tidak sedikit.
Tiga Hari Bersama Sang Bibi, Lalu Tewas
Kisah tragis ini bermula ketika Ripin, pemuda asal Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), ikut bersama bibinya, JW, dalam perjalanan ke Kota Medan. Menurut informasi yang dikumpulkan polisi, keduanya pergi selama tiga hari dengan alasan membeli telur dan mencari gelang yang hilang di peternakan milik JW.
Namun, perjalanan itu berakhir dengan kematian. Ripin ditemukan sudah tidak bernyawa, tubuhnya penuh luka. Sementara JW, sosok yang terakhir bersamanya, menjadi satu dari sepuluh saksi kunci yang diperiksa polisi.
Kompol Risqi Akbar, Kasat Reskrim Polres Deli Serdang, membenarkan bahwa JW ikut diperiksa. "Sudah kami periksa, dia termasuk satu dari sepuluh saksi yang kami mintai keterangan," katanya, Senin (9/6). Proses autopsi pun telah dilakukan terhadap jasad Ripin. Meski hasilnya sudah dikantongi, polisi belum bersedia membeberkannya ke publik demi kepentingan penyidikan.
Luka-Luka yang Mencurigakan dan Baju yang Terpisah
Kondisi jenazah Ripin menambah lapisan misteri dalam kasus ini. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan tanpa baju, sementara pakaiannya ditemukan di seberang jalan. Menurut keterangan kuasa hukum JW, Darman Yosef, baju tersebut sengaja dilepas karena JW dan anaknya hendak mengevakuasi jenazah Ripin, namun mereka mengurungkan niat karena panik.
"Mereka ingin gunakan bajunya sebagai alas, supaya darah tidak belepotan. Tapi karena tak kuat, akhirnya mereka menelepon keluarga Ripin. Tapi tidak direspons," kata Darman.
Karena tak mendapat balasan dari pihak keluarga, JW dan anaknya lalu menghubungi pihak Taman Damai Sejahtera (TDS) Angsapura sebuah tempat kremasi untuk mengevakuasi jenazah Ripin. Tindakan ini pula yang membuat pihak keluarga bertanya-tanya: mengapa jasad Ripin langsung dibawa ke tempat kremasi, bukan ke rumah sakit?
“Orang sudah meninggal, masa dibawa ke rumah sakit? Kan gak mungkin hidup lagi,” jawab Darman lugas, berusaha membela kliennya.
Benarkah Demi Uang Asuransi?
Isu lain yang menyeruak ke permukaan adalah soal asuransi jiwa. Diketahui, JW merupakan pihak yang secara rutin membayarkan premi asuransi Ripin. Tapi menurut Darman, JW tak berniat mencari keuntungan dari kematian keponakannya.
“Justru penerima manfaat asuransi itu adalah Rudy, saudara kandung Ripin. Jadi kalau benar ini pembunuhan, logikanya JW gak dapat apa-apa. Ngapain membunuh?” kata Darman.
Lebih lanjut, Darman menjelaskan bahwa JW memang sering membantu membayar asuransi keluarga karena kondisi keuangannya yang lebih mapan. Tidak hanya untuk Ripin, tetapi juga untuk beberapa anggota keluarga lainnya.
Namun, menurut dugaan Darman, ada kemungkinan konflik keluarga berkaitan dengan uang asuransi, terutama bila sang bibi meminta sebagian dana dari pencairan polis. Darman menyebutkan bahwa saat ayah Ripin meninggal, JW dan Rudy juga sempat terlibat dalam pembagian dana asuransi sekitar Rp 152 juta, meski tidak dijelaskan bagaimana pembagiannya saat itu.
Tabrak Lari yang Tidak Pernah Terjadi
Awalnya, kematian Ripin disebut akibat tabrak lari oleh mobil L300 saat ia sedang buang air kecil di pinggir jalan. Namun, polisi kini menyatakan bahwa teori itu tidak terbukti.
“Iya, berdasarkan olah TKP, keterangan saksi, dan bukti yang ada, tidak ditemukan kejadian tabrak lari,” ungkap AKP Johan Kurniawan, Kasat Lantas Polres Deli Serdang.
Pernyataan ini membuat kecurigaan semakin dalam. Jika bukan karena kecelakaan, lalu apa penyebab kematian Ripin? Dan siapa yang bertanggung jawab?
Keluarga Menuntut Jawaban
Pihak keluarga Ripin, melalui kuasa hukumnya Mardi Sijabat, menolak diam. Mereka menilai ada banyak kejanggalan dalam kasus ini terutama dengan adanya proses kremasi yang terlalu cepat, kondisi jasad yang penuh luka, hingga dugaan motif ekonomi.
“Kami berharap polisi dapat segera mengungkap motif dari peristiwa ini. Asuransi bisa jadi titik terang,” ujar Mardi.
Menanti Kebenaran di Balik Kematian
Hingga kini, publik hanya bisa menunggu. Kasus ini belum mencapai kesimpulan, dan penyelidikan masih terus berlanjut. Di balik luka-luka Ripin, di balik pakaian yang terpisah dari tubuh, dan di balik alur cerita yang simpang siur, ada satu pertanyaan besar yang belum terjawab:
Apakah Ripin tewas karena kecelakaan, atau ia sengaja “dikorbankan” untuk sesuatu yang lebih gelap seperti uang asuransi?
Kebenaran mungkin masih tersembunyi. Tapi waktu, bukti, dan kesungguhan penyidik akan menjadi saksi akhir.
(K)
#Peristiwa