Breaking News

Dari Cincin di Jari yang Membeku, Misteri Identitas Korban Mutilasi di Sumbar Terkuak: Keluarga Menangis Histeris

Cincin di jari korban mutilasi Sumbar.

D'On, Padang, Sumatera Barat
— Rumah Sakit Bhayangkara Padang mendadak diselimuti suasana haru dan ketegangan. Tangis pecah tak tertahankan ketika sejumlah keluarga dan kerabat mendatangi ruang forensik. Mereka percaya, potongan tubuh yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan di dua lokasi berbeda Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang adalah milik Septia Adinda, seorang perempuan muda berusia 25 tahun yang telah dinyatakan hilang selama empat hari terakhir.

Kepastian itu belum diumumkan resmi oleh kepolisian. Namun bagi keluarga, satu petunjuk kecil sudah cukup membuat mereka yakin cincin di jari potongan tangan korban.

Cincin Pesanan Khusus, Pemicu Histeria

Putri Wulan, salah satu sahabat dekat Septia, tak kuasa menahan tangis ketika melihat potongan tubuh yang disimpan di RS Bhayangkara. Matanya langsung tertuju pada satu detail yang membuat tubuhnya bergetar: sebuah cincin perak dengan ornamen unik, yang melingkar kaku di jari potongan tangan korban.

“Itu cincin dia... hanya dia yang punya. Septia pesan cincin itu khusus, tidak ada yang sama. Saya yakin itu dia,” ujar Wulan, suara parau dibalut emosi, Rabu (18/6).

Tangisan keluarga menyusul. Mereka memeluk satu sama lain di lorong rumah sakit. Suasana duka dan trauma menyelimuti setiap sudut ruangan. Isak tangis bercampur dengan kecemasan menanti kejelasan dari tim forensik.

Empat Hari Hilang, Sebelum Ditemukan Dalam Potongan

Kisah tragis ini bermula empat hari lalu, ketika Septia Adinda tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Menurut keterangan Wulan, malam terakhir mereka berkomunikasi adalah Sabtu malam, saat Septia mengutarakan rencana mengajukan pinjaman bank sebesar Rp 20 juta. Uang itu, kata Septia, dibutuhkan untuk membantu seorang teman yang hingga kini belum diketahui identitasnya.

"Dia sempat pinjam surat BPKB dari temannya. Setelah itu, tidak bisa dihubungi lagi," ujar Wulan.

Sejak malam itu, ponsel Septia tidak aktif. Keluarga dan sahabat mulai resah dan mencari ke berbagai tempat, namun nihil. Harapan untuk menemukannya dalam keadaan selamat perlahan berubah menjadi kecemasan yang menggunung—hingga kabar temuan mayat termutilasi di dua lokasi berbeda menyebar ke media sosial dan berita.

Keluarga dan teman-teman menangis histeris di RS Bhayangkara Padang.

Tubuh Tercacah: Potongan Berserak, Beberapa Masih Hilang

Temuan mengerikan itu bermula dari laporan warga di dua titik. Potongan tubuh korban ditemukan dalam kondisi tragis dipotong menjadi beberapa bagian dan disebar. Hingga kini, dua paha, dua lengan, satu kaki, dan satu tangan korban masih belum ditemukan.

Foto-foto yang diperoleh dirgantaraonline.co.id menunjukkan tubuh korban dipotong secara rapi dan sistematis, menimbulkan dugaan kuat bahwa pelaku memahami teknik memutilasi tubuh manusia.

Potongan tubuh yang telah ditemukan kini disimpan di RS Bhayangkara Padang, menunggu hasil autopsi dan tes DNA guna memastikan identitas korban secara ilmiah.

Polisi Masih Bekerja, Kebenaran Tunggu Hasil Autopsi

Pihak kepolisian hingga kini belum menetapkan identitas resmi korban. Meski ada pengakuan dari pihak keluarga, penyidik tetap menunggu konfirmasi medis.

“Kami belum bisa pastikan. Identifikasi korban menunggu hasil autopsi,” kata Kasat Reskrim Polres Padang Pariaman, Iptu AA Reggy.

Reggy menyebut telah ada beberapa warga yang datang dan mengaku kehilangan anggota keluarga. Semua informasi ditampung dan sedang dicocokkan dengan data forensik.

“Kami ingin bekerja berdasarkan fakta. Siapa pun yang merasa kehilangan, kami imbau datang untuk membantu proses identifikasi,” tambahnya.

Keadilan yang Dinanti: Misteri Siapa Teman dan Motif di Baliknya?

Kasus ini menyisakan tanda tanya besar. Siapa orang terakhir yang bertemu dengan Septia? Siapa "teman" yang disebut-sebut butuh bantuan dana? Apakah pinjaman Rp 20 juta itu menjadi pemicu tragedi ini? Dan lebih dalam lagi apa motif pelaku hingga harus menghabisi nyawa Septia secara keji?

Misteri ini masih mengambang. Di balik lorong rumah sakit, keluarga hanya bisa berharap agar keadilan ditegakkan, dan pelaku ditangkap secepat mungkin. Bagi mereka, Septia bukan hanya korban mutilasi. Ia adalah anak, saudari, dan sahabat yang hangat yang kini hanya bisa dikenang lewat sebentuk cincin di jari yang membeku.

(Mond)

#PenemuanMayat #Mutilasi #Peristiwa