Breaking News

7 Fakta Mengejutkan di Balik Pengeroyokan Perwira TNI AL di Terminal Arjosari Malang: Diselamatkan Petugas Saat Bersimbah Darah

7 Fakta Pengeroyokan Perwira TNI AL di Malang, Diselamatkan Petugas Terminal

D'On, Malang –
Ketegangan meledak di tengah hiruk-pikuk Terminal Arjosari, Malang, Kamis malam (26/6/2025), tepat saat jam keberangkatan bus Patas menuju Surabaya. Dalam keramaian penumpang yang sedang memanfaatkan libur panjang Tahun Baru Islam, suasana mendadak berubah mencekam. Seorang pria berseragam sipil, yang belakangan diketahui adalah perwira aktif TNI Angkatan Laut, menjadi korban pengeroyokan brutal oleh sekelompok pria.

Aksi tersebut tak hanya mengejutkan para saksi mata, namun juga mengguncang publik setelah videonya viral di media sosial. Berikut ini tujuh fakta penting dari insiden yang menyita perhatian aparat dan warga Malang:

1. Lokasi Kejadian: Di Jalur Keberangkatan Bus Patas yang Ramai

Peristiwa berdarah ini terjadi di tengah keramaian jalur keberangkatan bus Patas di Terminal Tipe A Arjosari, Malang. Saat itu, terminal dalam kondisi padat, dipadati penumpang yang hendak bepergian di libur panjang 1 Muharram. Di tengah lalu-lalang penumpang dan deru suara bus, suara teriakan dan keributan mendadak pecah di bagian depan shelter keberangkatan. Sejumlah saksi menyebutkan bahwa situasi berlangsung sangat cepat dan nyaris tak ada yang mampu mengantisipasinya.

2. Aksi Kekerasan Terekam Kamera Warga, Wajah Korban Bersimbah Darah

Detik-detik pengeroyokan keji itu sempat terekam oleh kamera ponsel seorang warga. Video tersebut dengan cepat beredar di berbagai platform media sosial, memunculkan gelombang kecaman dan keprihatinan. Dalam video itu, terlihat seorang pria dengan jaket biru dan topi terkapar bersimbah darah, terutama di bagian kepala dan wajah. Ceceran darah bahkan membasahi lantai shelter keberangkatan hingga esok paginya, meskipun telah ditutup pasir untuk menghilangkan jejak.

“Saya lihat langsung darahnya banyak sekali, sampai merembes ke bawah kursi tunggu,” ujar salah satu penjual kopi di sekitar lokasi.

3. Korban Diketahui Perwira Aktif TNI AL

Setelah diidentifikasi, korban ternyata adalah seorang perwira aktif TNI Angkatan Laut (TNI AL). Hal ini dibenarkan oleh sejumlah saksi dan petugas terminal yang mengenali identitas korban. Petugas berinisial B, yang saat itu memberikan pertolongan pertama, mengaku sempat berbicara dengan korban sebelum kondisinya menurun drastis.

“Saat saya datang, dia masih sadar. Tapi darahnya banyak, terutama di kepala. Saya bantu bawa ke ruang tunggu, tidak lama kemudian dia pingsan,” ungkap B.

Konfirmasi resmi juga disampaikan Kepala Terminal Arjosari, Mega Perwira Donowati, yang memastikan bahwa korban berdinas di TNI AL.

4. Belasan Personel POMAL Dikerahkan untuk Kejar Pelaku

Tak lama setelah kejadian, belasan anggota Polisi Militer Angkatan Laut (POMAL) tiba di lokasi. Sejak Kamis malam hingga Jumat pagi, mereka melakukan pencarian intensif terhadap para pelaku yang diduga kabur dari tempat kejadian.

“Karena korban adalah anggota aktif, kami berkoordinasi penuh dengan POMAL. Mereka terus menyisir lokasi dan melakukan penelusuran terhadap para pelaku,” ujar Mega Donowati.

Keberadaan POMAL di terminal menunjukkan tingkat keseriusan dalam menangani kasus ini yang bukan sekadar aksi kriminal biasa, tetapi menyangkut personel militer aktif.

5. Tiga Pelaku Ditangkap, Dua Lain Masih Buron

Hingga Minggu (29/6/2025), tim gabungan dari POMAL dan kepolisian berhasil menangkap tiga orang pelaku, yaitu Ahmad Maulana (31), Roni Sejati (25), dan Nurul Hudi (29), ketiganya warga Gang Permadi, Jalan Muharto, Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Namun, dua pelaku lain, Mustakim dan Topa, masih dalam pengejaran. Salah satunya diduga adalah mandor para juru panggil penumpang (jupang) yang menjadi pemicu keributan.

6. Bermula dari Cekcok Antar Jupang, Berujung Brutal

Motif awal pengeroyokan diduga bermula dari cekcok antara korban dan para pelaku, yang semuanya dikenal sebagai juru panggil penumpang atau jupang di terminal. Informasi di lapangan menyebutkan bahwa korban juga disebut-sebut terlibat dalam aktivitas jupang, meski hal ini masih didalami.

“Diduga karena persaingan atau salah paham, tapi kami belum bisa pastikan kronologinya. Yang pasti, setelah cekcok, korban langsung dikeroyok oleh lima sampai enam orang,” ujar Mega Donowati.

Upaya peleraian sempat dilakukan kru bus yang ada di lokasi, namun para pelaku bertindak brutal dan tidak terkontrol.

7. Diselamatkan Petugas Terminal Saat Kondisi Kritis

Di tengah situasi kacau, seorang petugas terminal berinisial B menjadi sosok penting dalam menyelamatkan nyawa sang perwira. Ia datang setelah dipanggil kru bus dan menemukan korban dalam keadaan penuh luka, terutama di bagian wajah dan kepala.

“Korban masih bisa bicara sedikit, tapi darahnya terus keluar. Saya langsung panggil ambulan dan bantu dia ke ruang tunggu. Tak lama, dia tidak sadarkan diri,” kisah B dengan nada haru.

Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) untuk mendapat perawatan intensif. Pemeriksaan awal menunjukkan luka robek di wajah dan pembengkakan parah di kedua mata akibat hantaman benda tumpul.

Kekerasan di Area Publik dan Ancaman terhadap Aparat Negara

Insiden pengeroyokan ini menyoroti dua hal serius: kerawanan keamanan di fasilitas publik dan tindakan kekerasan terhadap aparat negara. TNI AL melalui POMAL telah turun tangan, dan proses hukum terhadap para pelaku tengah berlangsung. Masyarakat menanti kejelasan motif dan keadilan atas insiden yang nyaris merenggut nyawa seorang perwira negara ini.

“Kami berharap keamanan di terminal ditingkatkan. Jangan sampai tempat umum berubah jadi arena kekerasan,” kata seorang warga yang menyaksikan kejadian.

(Okz)

#Pengeroyokan #Kriminal #TNIAL #Peristiwa