Robert Francis Prevost Terpilih Jadi Paus Pertama dari Amerika Serikat: Mengambil Nama Leo XIV dan Janji Melanjutkan Warisan Paus Fransiskus
Robert Francis Prevost Terpilih Menjadi Paus Leo XIV
D'On, Vatikan — Sejarah baru tercatat di jantung Gereja Katolik dunia. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua milenium, Tahta Suci dipimpin oleh seorang Paus yang berasal dari Amerika Serikat. Kardinal Robert Francis Prevost, seorang uskup asal Chicago dan kepala Dikasteri untuk Para Uskup di Vatikan, resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dan memilih nama Leo XIV sebagai nama kepausannya.
Terpilih pada hari kedua Konklaf dalam pemungutan suara keempat, Kardinal Prevost keluar sebagai figur pemersatu di tengah ragam pandangan dan latar belakang para kardinal pemilih. Setelah terpilih, saat pintu loggia Basilika Santo Petrus terbuka dan nama Leo XIV diumumkan, riuh tepuk tangan dan sorak sorai umat Katolik menggema di Alun-Alun Santo Petrus yang dipenuhi puluhan ribu orang dari berbagai penjuru dunia.
Air Mata, Harapan, dan Warisan
Paus Leo XIV tampak tersentuh, nyaris tak kuasa menahan air mata saat ia melambai dan memberikan sambutan pertamanya kepada dunia. “Semoga kedamaian menyertai kalian semua,” ucapnya dengan suara bergetar, menandai awal baru bagi Gereja Katolik di bawah kepemimpinannya.
Dalam pidato perdananya, Paus Leo XIV secara khusus memberikan penghormatan kepada mendiang Paus Fransiskus yang wafat beberapa bulan sebelumnya. Ia menegaskan komitmennya untuk melanjutkan semangat pelayanan, kepedulian pada kaum miskin, dan pendekatan pastoral yang menjadi ciri khas Paus Fransiskus selama lebih dari satu dekade kepemimpinan.
“Mari kita dengarkan suara lembut dari Paus Fransiskus yang memberkati Roma dan seluruh dunia pada pagi Paskah itu. Izinkan saya untuk menindaklanjuti berkat itu. Tuhan mengasihi kita. Tuhan mengasihi semua orang. Kejahatan tidak akan menang,” tuturnya dari balkon yang sama tempat para Paus selama berabad-abad menyampaikan pesan perdana mereka.
Konklaf yang Penuh Dinamika
Menurut laporan The Guardian, pemilihan Paus kali ini dipenuhi dinamika dan pertimbangan teologis maupun geopolitik. Kardinal Prevost merupakan salah satu dari lima kandidat utama, bersaing dengan tokoh-tokoh kuat seperti Kardinal Pietro Parolin (Sekretaris Negara Vatikan yang berpengaruh), Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina yang populer di Asia, Kardinal Péter Erdő dari Hongaria yang dikenal konservatif, dan Kardinal Robert Sarah dari Guinea yang kritis terhadap pendekatan progresif Paus Fransiskus.
Namun, latar belakang Prevost sebagai pemimpin pastoral yang dekat dengan umat dan pengalamannya dalam menangani urusan internal Gereja membuatnya menjadi figur konsensus. Banyak kardinal melihatnya sebagai sosok yang mampu menjembatani spektrum teologis yang luas di dalam Gereja, sekaligus membawa semangat baru dari benua Amerika.
Mengenal Paus Leo XIV
Lahir di Chicago pada tahun 1955, Robert Francis Prevost bergabung dengan Ordo Santo Agustinus dan menghabiskan sebagian besar masa tugas pastoralnya di Peru. Di sana, ia dikenal sebagai pembela hak-hak masyarakat adat dan pendamping umat di daerah-daerah miskin. Keteguhannya dalam membangun jembatan antara keadilan sosial dan iman menjadikannya figur yang dihormati.
Tahun 2023, ia ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup—sebuah posisi strategis yang membawanya lebih dalam ke dalam struktur pemerintahan Vatikan. Kepemimpinannya yang tenang, bijaksana, dan penuh empati disebut-sebut menjadi faktor penentu dalam proses konklaf.
Simbol Baru, Harapan Baru
Pemilihan nama Leo XIV juga menjadi simbol penting. Nama ini terakhir digunakan lebih dari satu abad lalu, dan merujuk pada Paus Leo XIII yang dikenal sebagai Paus reformis di bidang ajaran sosial Gereja. Dengan memilih nama itu, Leo XIV tampaknya ingin menegaskan komitmennya untuk memperkuat suara Gereja dalam isu-isu sosial kontemporer dari kemiskinan, krisis migran, hingga perubahan iklim sekaligus memperkokoh fondasi doktrinal.
Saat malam tiba di Vatikan dan lonceng Basilika berdentang, satu hal menjadi jelas: Gereja Katolik telah memasuki babak baru yang penuh harapan. Paus Leo XIV, seorang anak bangsa dari Amerika, kini memikul tongkat estafet spiritualitas global, mengarahkan langkah umat Katolik yang berjumlah lebih dari 1,3 miliar jiwa menuju masa depan yang penuh tantangan namun menjanjikan.
(*)
#RobertFrancisPrevost #PausLeoXIV #Vatikan #Konklaf #Vatikan