Luhut Tegaskan Purnawirawan TNI Taat Konstitusi: "Kalau Tidak, Jangan Tinggal di Indonesia"
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan
D'On, Jakarta — Suasana Balai Kartini di Jakarta berubah menjadi ajang silaturahmi penuh makna ketika ratusan tokoh militer dan sipil berkumpul dalam Halalbihalal Purnawirawan TNI-Polri, Selasa (6/5). Namun, di balik kebersamaan itu, pernyataan tegas dan kontroversial mencuat dari salah satu tokoh paling berpengaruh di negeri ini: Luhut Binsar Pandjaitan.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional sekaligus purnawirawan jenderal bintang empat itu tak ragu menanggapi polemik yang mencuat dari pernyataan sikap sejumlah purnawirawan TNI yang belakangan menyerukan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dengan nada lugas, Luhut menyampaikan bahwa ketaatan terhadap konstitusi adalah harga mati bagi siapa pun yang mengaku sebagai warga negara Indonesia termasuk para purnawirawan.
“(Purnawirawan) iyalah harus taat. Kalau kau tidak taat konstitusi, jangan tinggal di Indonesia,” ujar Luhut tanpa tedeng aling-aling, di hadapan awak media usai acara.
Pernyataan ini muncul sebagai respons atas meningkatnya tensi politik yang menyeret nama-nama besar dari kalangan pensiunan militer. Beberapa dari mereka dikenal kritis terhadap jalannya pemerintahan, terutama setelah hasil Pilpres 2024 yang memicu berbagai reaksi.
Luhut, yang juga mantan Komandan Kodiklat TNI AD, menegaskan bahwa meski berbeda pendapat merupakan hal yang lumrah dalam demokrasi, garis batasnya tetap harus berada dalam koridor konstitusi. Ia menyayangkan bila ada pihak yang mengobarkan retorika keras tanpa mempertimbangkan stabilitas bangsa, terlebih di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.
“Siapa pun dia, jangan sampai bisa dipecah belah dengan keadaan dunia seperti sekarang,” lanjutnya, memberi pesan persatuan di tengah perbedaan.
Kehadiran Tokoh-Tokoh Besar, Simbol Soliditas
Acara Halalbihalal ini bukan pertemuan biasa. Deretan tokoh besar dari masa lalu dan masa kini hadir dan duduk berdampingan. Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang juga purnawirawan jenderal bintang tiga, tampak hadir dan berbaur dalam suasana kekeluargaan bersama Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, serta para pimpinan TNI dan Polri aktif seperti Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Tampak pula jajaran kepala staf matra KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak, KSAU Marsekal Tony Harjono, dan KSAL Laksamana Muhammad Ali. Kehadiran mereka bukan hanya seremoni, melainkan sinyal kuat tentang pentingnya menjaga kesinambungan dan soliditas antar generasi dalam tubuh militer dan kepolisian.
Tak kalah penting, sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara turut hadir, termasuk Mendagri Tito Karnavian, Menko Pembangunan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Kepala BIN Herindra. Dari sisi pemerintahan daerah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X pun hadir sebagai simbol dari jembatan antara adat, negara, dan militer.
Para Purnawirawan: Dari Jenderal ke Jenderal
Dari kalangan purnawirawan, deretan nama besar turut menyemarakkan pertemuan ini mulai dari Luhut Pandjaitan sendiri, Andika Perkasa, AM Hendropriyono, Yudo Margono, Ade Supandi, hingga Agum Gumelar. Mereka pernah memegang kendali kekuatan pertahanan negara di masa lalu, dan kini menjadi bagian dari opini publik yang didengar dan diperhatikan.
Namun, justru karena pengaruh itulah Luhut menekankan pentingnya sikap bijak dari para purnawirawan. Ia mengajak semua pihak, terutama yang pernah mengabdi di bawah panji merah putih, untuk tetap menjadi perekat bangsa bukan sebaliknya.
Dalam konteks ini, Halalbihalal bukan sekadar ajang saling memaafkan, tapi juga menjadi ruang konsolidasi moral dan kebangsaan. Di tengah riuhnya kontestasi politik dan suhu nasional yang kian memanas, pernyataan Luhut menjadi pengingat bahwa cinta tanah air bukan hanya soal perjuangan di medan perang, tetapi juga ketaatan pada hukum yang menjadi dasar negara.
(Mond)
#LuhutBinsarPandjaitan #Nasional #PurnawirawanTNIAD