Breaking News

Dari Marinir ke Medan Perang Ukraina: Kisah Eks TNI AL yang Jadi Tentara Bayaran Rusia

Pejuang kelompok tentara bayaran swasta Wagner berjaga di jalan dekat markas besar Distrik Militer Selatan di kota Rostov-on-Don, Rusia, 24 Juni 2023. Foto: Reuters

Dirgantaraonline
- Nama Satriya Arta Kumbara mendadak mencuat ke permukaan publik, menghiasi linimasa berbagai platform media sosial. Potret dirinya dalam balutan seragam militer Rusia lengkap dengan wajah tegas dan latar belakang khas medan tempur membuat publik geger. Banyak yang bertanya: siapa sebenarnya pria ini? Bagaimana bisa seorang mantan prajurit TNI AL mendadak muncul sebagai bagian dari pasukan asing di tengah konflik global paling berdarah dalam satu dekade terakhir?

Jejak Satriya: Dari Korps Marinir ke Barisan Rusia

Satriya bukanlah nama asing di lingkungan militer. Ia dulunya merupakan prajurit aktif di Korps Marinir TNI Angkatan Laut, dengan jabatan terakhir sebagai Sersan Dua (Serda). Ia tergabung dalam Inspektorat Korps Marinir satuan yang bertugas memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas di tubuh Marinir.

Namun, karier militernya tidak berakhir terhormat. Satriya dipecat secara resmi setelah melakukan pelanggaran berat: desersi. Ia meninggalkan dinas tanpa izin sejak 13 Juni 2022 dan tidak pernah kembali. Tidak ada kabar, tidak ada komunikasi Satriya menghilang begitu saja dari radar militer Indonesia.

Pemecatan Diam-diam di Sidang In Absentia

Pada 6 April 2023, Mahkamah Militer II-08 Jakarta menggelar sidang untuk memutuskan nasib Satriya. Namun, sidang ini berlangsung tanpa kehadirannya. Proses hukum dilakukan secara in absentia sebuah langkah hukum yang jarang terjadi, menunjukkan betapa absennya Satriya dari tanggung jawab dan kedinasan.

Putusan akhir memvonis Satriya dengan hukuman pidana penjara selama satu tahun dan sanksi tambahan berupa pemecatan dari dinas militer. Putusan tersebut diperkuat oleh Akte Berkekuatan Hukum Tetap pada 17 April 2023. Keputusan ini menjadikan Satriya bukan lagi seorang prajurit, melainkan warga sipil—yang saat itu belum diketahui keberadaannya.

Menghilang Tanpa Jejak, Muncul di Medan Perang

Dalam salinan putusan pengadilan, disebutkan bahwa Satriya secara terang-terangan melanggar aturan militer dengan tidak kembali ke satuannya selama hampir satu tahun—tepatnya selama 330 hari berturut-turut. Ia tidak pernah menghubungi satuan, tidak mengajukan izin resmi, dan tidak memberi kabar kepada siapapun di lingkungan militernya. Seolah-olah ia menghilang dari muka bumi.

Namun, misteri itu terpecahkan ketika media sosial dipenuhi foto-foto dirinya mengenakan seragam militer Rusia. Ada juga gambar lama dirinya dalam seragam Marinir, yang menjadi pembanding otentik antara masa lalu dan masa kini. Satriya diduga kuat telah bergabung dalam operasi militer Rusia di Ukraina sebuah langkah berani sekaligus kontroversial yang akhirnya membawa konsekuensi hukum dan politik yang besar.

Status Kewarganegaraan Dicabut

Langkah Satriya bukan hanya melanggar aturan militer Indonesia, tetapi juga menabrak batasan hukum kewarganegaraan. Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas, secara tegas menyatakan bahwa Satriya kehilangan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Hal ini merujuk pada Pasal 23 huruf d dan e serta Pasal 31 ayat (1) huruf c dan d dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007.

Menurut peraturan tersebut, setiap WNI yang bergabung dalam angkatan bersenjata negara asing tanpa izin dari Presiden, secara otomatis kehilangan kewarganegaraannya. Satriya tidak pernah tercatat mengantongi izin tersebut. Maka, tanpa proses panjang, status WNI-nya gugur dengan sendirinya.

Kementerian Hukum dan HAM kini tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di Rusia untuk menyampaikan informasi ini kepada Satriya. Ia, secara hukum, bukan lagi bagian dari Indonesia.

Bayangan Wagner Group dan Tentara Bayaran Asing

Keberadaan Satriya di medan perang Ukraina menimbulkan spekulasi besar. Apakah ia bagian dari Wagner Group—kelompok paramiliter Rusia yang dikenal merekrut tentara bayaran dari berbagai negara?

Wagner Group memainkan peran penting dalam operasi militer Rusia di Ukraina, khususnya dalam pertempuran berdarah di Bakhmut. Dikenal brutal dan efektif, kelompok ini kerap menjadi alat militer informal Kremlin yang tak terikat hukum internasional.

Menariknya, pada Maret 2024, Kedutaan Besar Rusia merilis data di kanal Telegram resmi mereka, yang menyebutkan bahwa ada 10 orang tentara bayaran asal Indonesia yang turut bertempur di Ukraina. Empat di antaranya dilaporkan tewas. Meski tidak menyebut nama secara eksplisit, kemunculan Satriya dalam foto berseragam Rusia memperkuat dugaan bahwa ia termasuk dalam kelompok ini.

TNI: Mereka Bukan Kami

TNI secara tegas membantah bahwa ada prajurit aktif yang menjadi tentara bayaran dalam perang Rusia-Ukraina. Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak menegaskan bahwa mereka yang disebut tentara bayaran asal Indonesia kemungkinan adalah warga negara yang telah lebih dahulu bergabung dengan militer asing seperti Amerika Serikat sebelum akhirnya beralih menjadi pasukan bayaran di Ukraina.

TNI memastikan bahwa tidak ada satu pun personel aktif yang terlibat dalam konflik tersebut. Kasus Satriya menjadi pengecualian yang mempermalukan, namun juga menjadi bukti bahwa sistem disipliner militer Indonesia tetap berjalan meski anggota yang bersangkutan telah menghilang.

Jalan Gelap Seorang Prajurit

Perjalanan Satriya Arta Kumbara adalah kisah tragis sekaligus pelik. Dari seorang prajurit yang dilatih untuk membela tanah air, ia menjelma menjadi sosok yang bertarung untuk negara asing, melintasi batas-batas nasional dan etika militer. Kini, ia bukan lagi bagian dari TNI, bahkan bukan lagi seorang WNI.

Di balik ketenaran viralnya, ada kisah pengkhianatan, pelarian, dan keputusan ekstrem yang mengubah hidupnya selamanya. Satriya mungkin telah menemukan ‘medan tempur’ yang baru, namun ia kehilangan tanah airnya. Dan di sana, di tengah peluru dan ledakan, ia kini berjuang untuk sesuatu yang tak lagi bernama Indonesia.

(*)

#SatriyaArtaKumbara #TentaraBayaran #TNIAL #Marinir #WagnerGroup