Breaking News

Kim Jong Un Bagi-bagi Permen saat Ulang Tahun, Namun Uangnya dari Warga Korut

D'On, Pyongyang (Korut),- Pemerintah daerah di Korea Utara mengharuskan warganya membayar bahan-bahan permen, karena negara itu bergegas memproduksi permen tepat pada waktunya untuk ulang tahun pemimpin diktator Kim Jong Un.


Pejabat di beberapa daerah telah mengenakan pajak pada setiap rumah tangga sehingga pemerintah mereka dapat membeli bahan baku penganan, seperti tepung dan gula, menurut sumber yang tidak disebutkan namanya dari Provinsi Pyongan Utara kepada RFA.

Menurutnya, keluarga di beberapa daerah juga telah diminta menyumbangkan telur untuk usaha pembuatan permen. Perintah ini telah mengakibatkan kekurangan telur di pasar.

Warga Korea Utara tidak senang diminta untuk ikut campur, kata seorang sumber kepada RFA.

"Warga marah karena pihak berwenang merampok kantong orang di saat seperti ini untuk membuat permen bagi anak-anak, yang diduga dari Kim Jong Un pada ulang tahunnya," kata mereka.

Setiap provinsi bertanggung jawab untuk memproduksi dan mendistribusikan permen, lapor outlet tersebut.

Tradisi "permen ulang tahun" dimulai pada masa pemerintahan Kim Il Sung, diktator pertama rezim dan kakek Kim, yang meninggal pada 1994, menurut DailyNK.

Anak-anak Korea Utara akan menerima permen pada 15 April, ulang tahun Kim Il Sung, dan ulang tahun Kim Jong Il pada 16 Februari.

Sedangkan Kim Jong Un dilaporkan akan berulang tahun pada 8 Januari (meskipun ada perselisihan tentang tahun berapa).

Pada awal pemerintahan Kim Jong Un, permen diberikan kepada ibu hamil dan siswa di tempat penitipan anak dan sekolah dasar pada 8 Januari.

Tetapi sejak 2019, pemerintah memperluas hadiah permen untuk setiap anak di seluruh negeri, yang akan diterima pada 1 Januari.

Sementara itu, keluarga Korea Utara mulai menjual hadiah yang mereka terima untuk ulang tahun Kim Il Sung pada April lalu, menurut Daily NK. 

Pasalnya negara itu sedang menghadapi krisis pangan yang menghancurkan yang bahkan Kim akui kondisinya “sangat buruk." Rakyat berjuang dengan kekurangan pangan yang dikatakan hampir sama buruknya dengan kelaparan 1990-an.

Kehancuran ekonomi dan kekurangan pangan yang meluas saat ini disebabkan oleh penutupan perbatasan Korea Utara dengan China, dan penangguhan semua perdagangan dengan Beijing pada awal pandemi, hampir dua tahun lalu.

Minimnya impor pangan untuk menjembatani kesenjangan antara produksi dalam negeri dan permintaan membuat kelangkaan semakin terasa.

Perbatasan yang ditutup rapat juga mempersulit negara itu mengumpulkan cukup gula untuk permen, karena sebagian besar sebelum pandemi datang dari China, menurut sumber itu.

Alhasil, proyek pembuatan permen nasional saat ini  membuat penurunan besar dalam pasokan tepung dan gula, menggandakan harga, dan menguras uang dari orang-orang yang membutuhkannya untuk membeli makanan untuk diri mereka sendiri.

“Sejak kemarin, harga satu kilogram tepung melonjak dari 2,40 dollar AS (Rp 34.456) menjadi 6 dollar AS (Rp 86.130). Harga gula juga melonjak dari 13.000 won menjadi 25.000 won,” kata seorang penduduk Unsan, provinsi Pyongan Selatan, utara ibu kota Pyongyang, kepada RFA Korean.


(*)