Breaking News

Kisah Keluarga Muslim Penjaga Gereja di Ciputat

Dirgantaraonline.co.id,- Pasangan Adiyanto (51) dan Kesi (41) bersama tiga anaknya sudah tiga tahun meninggali rumah sederhana milik Gereja HKBP Ciputat, di Jalan Kampung Maruga, Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Mereka juga menjaga dan membersihkan area rumah ibadah itu.

"Enggak terasa sudah tiga kali Natalan. Ternyata saya dan keluarga betah," ungkap Kesi (41) ditemui di Gereja HKBP Ciputat, Jumat (2/4).

Sebelumnya, Kesi bersama suami dan seorang anaknya, yang masih berusia 5 tahun kala itu, hidup tak menentu. Mereka menempati area trotoar di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan.

Setiap pagi, emperan trotoar dia sulap menjadi tempat berjualan nasi dan lauk-pauk seadanya. Berganti malam, lokasi itu dia sulap menjadi rumah tinggal yang dia tiduri bersama anak terkecil dan suaminya.

"Ternyata ada yang kasihan sama anak saya, karena berteman sama kenek, sopir-sopir, orang- orang jalanan," kata dia.

Lantas orang yang menjadi pelanggan warung nasinya menawari Kesi dan Adiyanto bekerja menjaga dan membersihkan Gereja HKBP Ciputat. "Saya bilang saya muslim. Dia jawab, kalau mau ya enggak masalah. Tugasnya bersih-bersih gereja dan halaman gereja. Nanti ada rumah sederhana bisa ditinggali bersama keluarga," jelasnya.

Kesi dan keluarganya akhirnya setuju pindah ke rumah di lingkungan Gereja HKBP Ciputat. Di tempat itu, dia dan suami berkewajiban menjaga kebersihan halaman dan area gedung gereja, termasuk area ibadah di dalam gereja.

"Ya akhirnya betah," ucap Kesi.

Meski beragama Islam, Kesi yang asli Tegal dan suaminya Adiyanto asal Bekasi, tak mempersoalkan tugas-tugasnya merawat, menjaga dan membersihkan lingkungan Gereja.

"Saya dan suami bertugas bersih-bersih. Apa saja, kalau ada yang kurang rapi kami yang bersihkan, baik halaman dan dalam gereja," ucap ibu tiga anak itu.

Sementara setiap Sabtu, sebelum ibadah Minggu, Kesi dan Suaminya bertugas menyapu, mengepel lantai dan mengelap bangku-bangku. "Termasuk mimbar untuk pendeta dan tempat-tempat ibadah di dalam gereja kita rapikan. Minggu libur, dan setelah ibadah Minggu kita bersihkan lagi," jelas Kesi.

Kesi, suami, dan anak-anaknya juga mengaku senang karena selalu ada tamu gereja yang memerhatikannya. Untuk urusan ibadah, bahkan Kesi selalu diingatkan untuk menjalankan salat lima waktu.

"Sering malah saya dan suami, sebelum kerja bersih-bersih diminta salat dulu. Kalau puasa juga kami dapat kiriman takjil dari jemaat gereja, macam-macam, tapi baik-baik," ungkap Kesi.

Kesi mengaku perbedaan keyakinan antara keluarganya dan jemaat gereja yang dia jaga kebersihan dan keamanannya itu tidak menjadi kendala dalam beraktivitas.

"Sama-sama memahami, kami tahu tugas dan tanggung jawab kami. Mereka juga senang, karena saya dan suami mungkin kerjanya rapi, bagus, jadi suka diberi uang tip juga sama tamu-tamu gereja," katanya.

"Ya biasa saja. Kalau dibilang beda, ya beda. Saya Jawa, suami saya Sunda, tamu-tamu, pengurus di sini Batak. Tapi saling menghormati, menghargai dan akhirnya kami saling menjaga," ucapnya. 

(***)