Breaking News

WhatsApp-Kominfo Kolaborasi Identifikasi Hoaks Seputar Covid-19

D'On, Jakarta,- Kementerian Komunikasi dan Informasi (kemenkominfo) bersama WhatsApp dan ICT Watch meluncurkan kampanye Literasi Digital, sebagai upaya melawan penyebaran disinformasi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan data pribadi.

Salah satu program dalam kampanye ini adalah pelatihan bagi lebih dari 20.000 orang di pelosok Indonesia, mulai dari siswa, guru, orang tua, hingga komunitas-komunitas lokal dan para pelaku UMKM.

Kampanye ini diharapkan dapat membekali masyarakat Indonesia dengan cara menjaga privasi dan keamanan mereka dalam ranah daring.

"Selain itu, edukasi cara mengidentifikasi hoaks, terutama terhadap isu seputar COVID-19, juga menjadi fokus dari program ini guna terus mendukung upaya pemerintah menangani pandemi," kata kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Samuel A. Pangerapan, Rabu (17/3/2021).

Ada lima program utama yang menjadi landasan kampanye ini, yaitu Roadshow Seminar & Lokakarya Literasi Digital, Kelas Daring, Gerakan Kaum Muda Anti Hoaks COVID-19, serta Serial Video dan Siniar (Podcast).

Tahun ini, kampanye dimulai dengan peluncuran Roadshow Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan di Belitung, Bangka Belitung. WhatsApp, Kominfo, dan ICT Watch akan mengunjungi 12 kota baru sepanjang roadshow tahun ini.

"Dengan tambahan kota-kota baru ini, program Roadshow Literasi Digital ditargetkan menjangkau total 31 kota di Indonesia pada akhir tahun ketiga kemitraan," ujar Will Cathcart, Global Head of WhatsApp.

Sementara itu, Widuri, Direktur ICT Watch, mengatakan selama beberapa tahun terakhir, ada kesenjangan signifikan dalam akses pendidikan dan keterampilan digital di Indonesia.

Oleh karena itu, kolaborasi ini akan berfokus pada penyediaan akses pembelajaran dan pelatihan bagi generasi muda di hampir seluruh provinsi di seluruh Indonesia.

"Sehingga mereka dapat menjadi penggerak literasi digital di komunitasnya dan mengatasi isu-isu seputar privasi dan disinformasi yang terjadi di daerah mereka secara lebih efektif," tutur Widuri.

(amr)