Breaking News

Trump Pesimis Untuk Terpilih Kembali dan Katakan Joe Biden Mungkin akan Jadi Presiden


D'On, Amerika Serikat,- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dikabarkan telah menyadari kekalahannya dalam jumlah dukungan suara.

Hal ini diungkapkan oleh beberapa orang yang dekat dengan Trump terkait upayanya mencalonkan diri kembali sebagai presiden AS.

Anggapan kekalahan tersebut dinilai dari banyaknya peringatan yang diberikan oleh para sekutunya.

Selain itu, prediksi tersebut juga terlihat dari hasil poling yang menunjukkan penurunan.

Dilansirpolitico.com,Minggu (28/6/2020), dalam beberapa waktu terakhir, Trump dikatakan telah mengalami penurunan dukungan yang signifikan.

Hal ini diperburuk dengan maraknya kritik yang dilancarkan padanya terkait respon terhadap penanganan pandemi Virus Corona dan isu rasial yang sedang memanas di Amerika.

Selain itu, dalam sebuah tayangan wawancara yang dilakukanFox News, Trump membuat penasihatnya kelabakan dengan pernyataan yang tak bertanggung jawab.

Saat ditanya mengenai tujuannya menjadi presiden untuk kedua kalinya, Trump yang biasanya penuh percaya diri, mengakui bahwa ia mungkin saja kalah.

"Joe Biden mungkin akan menjadi presidenmu karena sejumlah orang tidak mencintaiku, mungkin," ujar Trump.

Selain itu, dari sejumlah orang yang dekat dengan presiden menggambarkan bahwa Trump merupakan kandidat yang tidak fokus.

Ia juga disebut beberapa kali merendahkan dirinya sendiri terkait upaya pemilihan presiden tersebut.

Penasihat Politik Trump, Sam Nunberg mengungkapkan prediksi kekalahan presiden tersebut.

"Di bawah pengukuran saat ini, Presiden Trump berada di ambang kekalahan terburuk dalam pemilihan presiden modern dan yang terburuk secara historis untuk presiden yang berkuasa," ujar Nunberg.

Nunberg menyoroti poling nasional yang dikeluarkan oleh CNBC dan New York Times/ Siena pekan lalu.

Dalam hasil poling tersebut, Trump menerima dukungan dibawah 40 persen dibandingkan dengan lawan politiknya, Joe Biden.

Nunberg mengkhawatirkan konsekuensi yang harus dihadapi jika angka tersebut kembali terkikis menjadi 35 persen selama dua minggu ke depan.

"Dia akan menghadapi fakta hilangnya 400 lebih pemilih dan presiden akan perlu mempertimbangkan kembali apakah dia ingin terus mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Republik," kata Nunberg.

Kampanye Trump Sepi Pendukung

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi telah menggelar kampanye untuk pemilihan presiden 2020 di BOK Center, Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020).
Meski sempat mengatakan bahwa tiket pengunjung untuk kampanyenya tersebut telah banyak dipesan.

Namun saat kampanye berlangsung, ternyata masih banyak kursi kosong yang tersedia.

Dilansir akun YouTube ABC News, Senin (22/6/2020), Trump sempat menyatakan bahwa tidak akan ada kursi yang kosong saat kampanyenya.

Pasalnya ini adalah kali pertamanya tampil di publik sejak pandemi Covid-19 merebak.

"Kita tidak akan mendapati adanya kursi yang kosong. Dan kita yakin akan (berkampanye) ke Oklahoma," ujar Trump.
Namun di dalam arena tersebut, kursi yang kosong mencapai sekitar dua pertiga dari jumlah kuota yang tersedia.

Sementara panggung kampanye yang berada di luar ruangan terpaksa dibongkar karena tak banyak pendukung yang hadir.
Penyelenggara kampanye menyalahkan para protestan yang berada di sekitar area.
Mereka dikatakan telah menghambat suporter, memblokade akses sehingga mencegah orang datang ke gelaran kampanye tersebut.

Dalam kampanye tersebut, Trump secara terang-terangan meminta agar uji tes Virus Corona diperlambat dan dikurangi.
Ia beralasan dengan semakin banyak pengujian akan semakin banyak jumlah pasien positif.

"Saat kamu melakukan tes hingga jumlah tertentu, kamu akan menemukan lebih banyak orang (dinyatakan positif), kamu akan menemukan lebih banyak kasus. Oleh sebab itu aku meminta orang-orangku untuk memperlambat uji tes tersebut," kata Trump, Sabtu (20/6/2020).

Trump juga menggunakan istilah yang dinilai mengandung rasisme untuk menyebutkan Virus Corona sebagai "Kungflu".

"Aku dapat menyebutnya "Kungflu", aku dapat menyebutkan 90 nama dengan versi yang berbeda," kata Trump yang disambut sorakan pendukungnya.

Melansir metro.co.uk, Minggu (21/6/2020), BOK center yang digunakan oleh Trump tersebut berkapasitas 19.200 kursi.
Namun pada saat kampanye berlangsung, hanya sekitar 6.200 kursi yang terisi, yaitu hanya sekitar sepertiga dari total kuota yang tersedia.

Manajer penyelenggara kampanye tersebut, Brad Prescale, mengatakan bahwa media dan protestan telah menakut-nakuti pendukung Trump sehingga tak berani hadir.

Padahal sebelumnya, Prescale sempat mengatakan bahwa dirinya memperkirakan akan ada 100.000 suporter yang akan hadir dalam acara tersebut.
Ia mengklaim bahwa satu juta orang telah memesan tiket untuk hadir dalam kampanye tersebut.

Sementara itu, Trump menyampaikan dalam pidatonya bahwa kursi-kursi kosong di tempat itu diakibatkan oleh para pelaku aksi protes.

"Kalian adalah pejuang. Kita menjumpai adanya orang-orang jahat di luar. Mereka melakukan perbuatan jahat," ujar Trump pada pendukungnya. 

(mond/CNBC/tribun)