Breaking News

Istri Tewas Lalu Suami dan Anaknya Terlempar karena Tersambar Petir


D'On, Sumut,- Kabar duka datang dari satu keluarga di Sumatera Utara.

Dilansir dari kompas.com pada Senin (13/4/2020), satu keluarga tersebut disambar petir di Dusun Sabalangit Desa Sitio II, Minggu (12/4/2020) pukul 14.00 WIB.

Akibatnya, sang istri, JH (39) tewas. Sementara suaminya, MTS (40), dan anaknya, RS (15) terlempar, namun selamat.

Menurut saksi mata, korban bersama suami dan anaknya baru memetik buah alpukat di kebun dan berteduh di bawahnya. 

Saat itu, memang cuaca sedang hujan.
"Informasi yang kami terima, petir tiba-tiba menyambar lalu mengenai tubuh korban."
"Dan korban meninggal dunia karena luka bakar," ujar Paur Subbag Humas Polres Humbahas Bripka Syawal lewat pesan singkatnya kepada Kompas.com, pada Minggu (12/4/2020).

"Suami dan anak korban sempat terlempar beberapa meter, namun selamat."

Peristiwa ini seolah mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati terhadap petir, apalagi berada di luar saat musim hujan.
Karena perlu Anda ketahui ternyata petir paling ganas di dunia ada di Indonesia.
Dari hasil penelitian pada medio 2002 yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro dari Institut Teknologi Bandung, ternyata Depok memiliki petir yang paling ganas di dunia.

Bahkan rekor itu tercatat di Guinness Book of World Record.

Penelitian yang disponsori PLN Cabang Depok, pada bulan April, Mei, dan Juni 2002, dengan menggunakan teknologi lighting position and tracking system(LPATS), itu mendapati arus petir negatif berkekuatan 379,2 kA (kilo Ampere) dan petir positif mencapai 441,1 kA.

“Dengan kekuatan arus sebesar itu, petir mampu meratakan bangunan gedung yang terbuat dari beton sekalipun," kata Zoro kepada Warta Kota.

Selama ini, Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan sambaran petir cukup tinggi.

Zoro menjelaskan, kondisi meteorologis Indonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir.

Tiga syarat pembentukan petir - udara naik, kelembapan, dan partikel bebas atau aerosol - terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim.

Sebelumnya, penelitian Zoro dipusatkan di kawasan Tangkuban Perahu, Jawa Barat, dengan anggapan di daerah itu sambaran petir cukup besar.

Tak dinyana, penelitian mutakhir justru menemukan daerah Depok, khususnya wilayah selatan seperti Sawangan dan Cinere.

Menurut Zoro, Depok merupakan daerah yang dipengaruhi angin regional dan angin lokal.

Yakni angin dari lembah dan angin gunung dari Bukit Barisan, serta angin lokal dari angin darat dan angin laut Kepulauan Riau dan Selat Malaka.

Gerakan angin itulah yang menyebabkan pembentukan awan petir dengan kerapatan dan sambaran petir sangat tinggi.

Hari guruh terbanyak di dunia

Zoro mengibaratkan Bumi sebagai kapasitor.

Antara ionosfer dan Bumi, jika langit cerah, ada arus listrik yang mengalir terus-menerus, dari ionosfer yang bermuatan positif ke Bumi yang bermuatan negatif.
Tapi Bumi tidak terbakar, karena ada awan petir yang bermuatan listrik positif maupun negatif sebagai penyeimbang.

"Yang positif turun ke Bumi, dan yang negatif naik ke ionosfer," kata Zoro.
Ketika langit berawan, tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awan cumulonimbus yang menghasilkan petir.

Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik dari satu awan cumulonimbus ke awan lainnya, atau dari awan langsung ke Bumi.

Dalam terminologi Perusahaan Listrik Negara (PLN), instansi yang paling sering menanggung kerugian karena petir, sambaran dibedakan menjadi tiga jenis yang semuanya didata.

Selain sambaran positif dan sambaran antarawan, ada juga sambaran negatif, yakni lompatan listrik dari Bumi ke ionosfer.

Dalam catatan PLN Depok, sepanjang tahun 2001 terjadi 340 kali sambaran positif, 8.520 kali sambaran negatif, dan 1.151 sambaran antarawan.

Kekuatan maksimum yang tercatat 290,2 kA.

Sambaran negatif yang jumlahnya jauh lebih tinggi daripada sambaran positif atau antarawan, diduga karena kandungan besi tanah di Depok terbilang tinggi.

Penelitian ahli geologi UI mendapati tingginya kandungan besi di sekitar Depok, khususnya di danau buatan di Kampus UI.
Menurut Zoro, sambaran petir di Depok terjadi hampir sepanjang tahun. Yang tertinggi pada bulan Maret, April, dan Mei, atau pada musim hujan.

Sambaran agak mereda di bulan Februari.
Mengutip data yang didapat pada laboratorium yang dipimpin Zoro di ITB, Jaringan Deteksi Petir Nasional, Indonesia memiliki hari guruh (hari terjadinya petir dalam setahun) 200 hari.

Sementara Brasil 140 hari, Amerika Serikat 100 hari, dan Afrika Selatan 60 hari.

(Majalah Intisari)