Breaking News

SBN dan SBN Ritel Diproyeksi Semakin Menarik

D'On, Jakarta,- Instrumen surat berharga negara (SBN) dan SBN ritel diproyeksi bakal semakin menarik di tahun depan.

Kepala Riset Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengatakan instrumen SBN dan SBN ritel semakin menarik di tahun depan karena di tahun depan masih terdapat peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Adapun, kemarin Bank Indonesia telah menahan suku bunga acuan di level 5 persen setelah melakukan pemangkasan sebanyak empat kali dengan bobot total 100 basis poin sejak Juli hingga Oktober.

Dia memproyeksikan suku bunga di tahun depan bakal berada di level 4,5 persen hingga 4,75 persen.

Oleh karena itu, dia menuturkan deposito bakal semakin tertinggal karena bunga yang ditawarkan akan semakin kecil sementara itu terdapat bobot pajak 20 persen yang harus ditanggung.

Di sisi lain, Wawan menyebut pemerintah masih akan menggantungkan nasib kepada instrumen SBN untuk menutup defisit anggaran.   

“Dengan demikian SBN menjadi alternatif instrumen yang aman dan imbal hasilnya di atas deposito. Demand untuk SBN akan selalu ada,” ujarnya belum lama ini.

Bila pasar SBN bakal langsung tergerak akibat penurunan suku bunga acuan, pada instrumen SBN ritel, Pemerintah tetap perlu menawarkan kupon yang sesuai dengan ekspektasi investor ritel.

Pemerintah mengumpulkan lebih dari Rp49,78 triliun atau 97,26 persen dari nilai SBN ritel jatuh tempo di tahun ini yakni Rp51,2 triliun.

Meskipun selisihnya tipis bila dibandingkan dengan nilai SBN ritel jatuh tempo, capaian ini belum memenuhi target Pemerintah yakni di kisaran Rp60 triliun hingga Rp80 triliun.

Di sisi lain, bila dibandingkan dengan penawaran SBN ritel tahun lalu, capaian di tahun ini cukup positif secara nominal dan frekuensi. Perinciannya, pada tahun lalu Pemerintah mendapatkan Rp46,01 triliun dari lima kali penerbitan SBN ritel atau 81 persen dari nilai SBN ritel jatuh tempo kala itu yakni Rp56,8 triliun

Data penyerapan instrumen ritel tergolong mini bila dilihat dari potret kepemilikan SBN domestik berdasarkan kepemilikannya. Investor ritel atau individu baru mewakili 3 persen dari total SBN beredar yakni Rp2.741,29 triliun atau Rp82,15 triliun seperti yang tercatat laman Direktorat Jenderal Pengelola Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 19 November 2019.

Porsi investor individu memang timpang bila dibandingkan dengan investor asing memiliki modal jumbo yang kini memiliki Rp1.066,67 triliun atau 38,91 persen dari total SBN beredar.

Terkait kupon yang ditawarkan melalui SBN ritel,  sebagai gambaran, pada penawaran savings bond ritel (SBR) seri SBR005 yang membuka penawaran instrumen ritel di tahun ini, Pemerintah mendapatkan Rp4 triliun dengan kupon sebesar 8,15 persen.

Sebulan setelahnya, Pemerintah yang menawarkan seri ST003 pun mendapatkan Rp3,1 triliun dengan kupon yang sama. Sayangnya, nilai pemesanan terus turun hingga menyentuh Rp1,96 triliun dari ST005 dengan kupon 7,4 persen dan SBR008 berkupon 7,2 persen dengan Rp1,89 triliun.

Bahkan, ORI016 yang pada tahun sebelumnya kerap mencetak pemesanan dua digit hanya meraup Rp8,2 triliun dengan kupon sebesar 6,8 persen sebagai imbas penurunan suku bunga acuan.

“Dalam hal penyerapan, sepanjang pemerintah memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari ekspektasi maka peminatnya akan sangat besar,” katanya.

Bisnis